Mantan Pacar, Tetaplah Mantan!

Mantan!

Satu kata yang seringkali membuat perasaan campur aduk. Ada yang galau, benci, marah, kesal, bahkan tak ingin bertemu lagi. Tapi ada pula yang justru bersedih berhari-hari karenanya. Merasa menyesal telah menjadikan sosok yang pernah ada dihati, sebagai mantan.

Ya, jika sang mantan pacar atau kekasih itu baik untukmu. Namun kau yang memilih melepaskannya, lantaran sebuah kenaifan maupun ego. Mungkin patut untuk disesali. Tapi bagaimana, kalau dialah yang mengkhianati dan memilih pergi? Maka tak pantas untuk ditangisi maupun disesali.

Terkadang saya merasa miris, melihat beberapa kaum hawa yang menangisi sang mantan. Pasalnya karena menyayangkan hubungan yang sudah terjalin. Tak cuma itu, melainkan juga beberapa kenangan yang pernah dilewati bersama.

Kalau sang mantan memang pantas untuk diperjuangkan. Pikir saya, “No Problem!” Tapi bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Ia yang menduakanmu, atau memilih wanita lain di saat hubungan kalian masih berjalan.

Masihkah hubungan tersebut patut dipertahankan? Saya pikir tidak! Sebab jika memang dia menyayangimu dengan tulus. Maka ia akan sekuat hati untuk mempertahankan cintanya padamu. Setia menjaga hatinya demi kamu. Meskipun berbagai godaan datang mendekat. Namun bila ia tak mampu, itu artinya cintanya memang mudah terbagi.

Dalam hal ini, maukah kau berbagi cintamu dengan yang lain? Saya pikir lagi, “Tidak!” Karena tidak ada satu orang pun yang mau berbagi cintanya kepada orang lain. Apapun keadaannya, jauh dalam lubuk hati tetaplah seorang wanita tak akan mau membagi cintanya dengan wanita lain.

Jadi seberapapun kuatnya kenangan sang mantan hadir, ia tetaplah mantan. Bukan lagi, orang yang mencintaimu dengan sepenuh hatinya. Meski kau memikirkannya, belum tentu ia memikirkanmu. Begitu pula dengan, cinta yang kau miliki. Cintanya saja terbagi, jadi mana mungkin ia menganggap cintamu ada.

Lalu pikirkan kembali!

Hatimu yang telah terluka, bisakah sembuh hanya dalam beberapa hari? Saya pikir, “Tidak!” Sebab, memang tidak mudah bagi seseorang yang pernah disakiti, kembali menormalkan perasaannya. Apalagi yang memberikan luka adalah orang yang paling dicintai. Pastilah sungguh amat sulit.

Mungkin belajar menerima bisa saja dilakukan. Namun melupakan kejadian yang telah terjadi, belum tentu. Walaupun mencoba mengingkarinya, tetap saja. Luka itu telah berbekas. Ya, ia meninggalkan sebuah bekas dalam hati. Jadi mana mungkin, dapat sembuh atau pun terlupa hanya dalam beberapa hari. Pastilah butuh waktu yang cukup lama.

Kemudian saat semua telah pulih, karena penyesalannya sang mantan memintamu kembali padanya. Apa yang akan kau lakukan? Akankah memaafkan dan menerimanya lagi? Saya pikir tidak semudah itu. Bisa saja memaafkan, sebab dalam Islam pun menyarankan agar kita bisa saling memaafkan.

Namun kembali lagi menjadi sepasang kekasih, bukan hal yang gampang. Bekas luka dihati masih ada dan nampak jelas. Walaupun telah tertutup oleh beberapa cerita baru. Akan tetapi tak menutupi fakta, bahwa bekasnya ada diruang hati.

Jadi begitulah pikirku bergemuruh, “Mantan, tetaplah seorang mantan! Tak mungkin kembalikan hati yang telah terluka. Sedang bekas itu terlihat sangat jelas.”