Dia Adikku, Bukan Pacarku!

Bagaimana bila seorang adik, dikira pacar? Itulah pertanyaan yang kerap datang padaku.

“Itu siapa? Pacarmu ya?” celetuk seorang teman begitu melihat foto profil BBM ku, tengah berdiri dan tersenyum bersama seorang lelaki.

“Hahaha…” pekikku cekikikan membaca chat temanku. Pikirku pun melambung, itu kan adikku, kenapa malah dikira pacar? Bukannya langsung menjawab pertanyaan tersebut, aku jadi ikut penasaran. Mengapa ia mengira kalau cowok yang sedang berdiri disebelahku dalam foto tersebut dibilang pacar.

Terang saja, aku mengotak-atik layar handphone. Menilik kembali foto profil yang barusan ku ganti. Aku memandanginya dengan seksama. Tidak lagi sebagai seorang kakak dan adik, namun mencoba mengubah cara pandangku. Ya, aku melihatnya sebagai seorang laki-laki dan perempuan.

“Wow!!! Pantas saja!” seruku kemudian. Usai mengamati foto tersebut. Pikirku pun kembali melayang, pantas saja temanku mengira lelaki dalam foto itu adalah pacarku.

Bila faktanya laki-laki yang tak lain adikku, tengah berdiri melayangkan tangannya ke pundakku. Dia nampak lebih tinggi dariku. Sedang aku lah yang terlihat kecil darinya. Bukan lagi layaknya adik kecil yang selalu ku peluk, tapi dia lah yang justru berdiri dan memelukku.

Ternyata aku telah melupakan satu hal. Aku lupa kalau kini, adikku telah jadi dewasa. Entah sejak kapan, adik kecilku itu mulai tumbuh dan berkembang seperti sekarang. Namun realitanya dia sudah tumbuh dewasa. Dengan postur tubuh yang tinggi semampai, otot lengan serta perut yang terbentuk indah, juga beberapa bulu halus di area dagunya.

Aku juga mungkin melupakan sesuatu, jika kebenarannya bukan lagi diriku yang terlihat sebagai seorang kakak, namun sebaliknya. Adik laki-lakiku lebih pantas mendapat predikat, bahwa ialah yang bisa menjagaku. Ketimbang diriku sendiri.

Aku teringat akan kejadian beberapa hari lalu, ketika kami berdua pergi bersama-sama ke sebuah toko baju. “Hey, kamu sama siapa?” tanya seorang kawan, yang ketemu tanpa sengaja.

“Itu sama dia!” tunjukku ke seorang laki-laki yang sedang sibuk melihat beberapa kaos cowok.

“Ohh… pacarmu ya?” pikirnya.

“Hah???” kagetku mengernyitkan alis.

“Dia itu adikku, bukan pacarku,” tukasku sembari tersenyum.

“Adik? Tapi tidak terlihat seperti adikmu. Jadi aku pikir tadi dia pacarmu.”

“Hahaha…” aku pun tertawa cekikikan.

Kini pikirku pun memenuhi isi kepalaku. Bila kami jalan bersama, adikku itu sudah tak lagi telihat pantas menyandang status sebagai seorang adik. Melainkan patut mendapati sebutan pacar. Bagaimana tidak? Dia telah tumbuh melebihi postur tubuhku. Bukanlah nampak seperti anak kecil yang dulu selalu ku gandeng tangannya.

Jadi aku pun juga harus bersiap diri, memberikan jawaban,

“Dia adikku, bukan pacarku!”

Setiap kali kita berdua jalan bersama. Baik itu sekedar untuk jajan, makan diluar, nongkrong, atau sedang membeli sesuatu.